MATHEMATICS JOKE (Math Can Make You Laugh)

            ROMANCE MATHEMATICS

Smart man + smart woman = romance
Smart man + dumb woman = affair
Dumb man + smart woman = marriage
Dumb man + dumb woman = pregnancy

OFFICE ARITHMETIC

Smart boss + smart employee = profit
Smart boss + dumb employee = production
Dumb boss + smart employee = promotion
Dumb boss + dumb employee = overtime

SHOPPING MATH

A man will pay $20 for a $10 item he needs.
A woman will pay $10 for a $20 item that she doesn’t need.

GENERAL EQUATIONS & STATISTICS

A woman worries about the future until she gets a husband.
A man never worries about the future until he gets a wife.
A successful man is one who makes more money than his wife can spend.
A successful woman is one who can find such a man.

HAPPINESS

To be happy with a man, you must understand him a lot and love him a little.
To be happy with a woman, you must love her a lot and not try to understand her at all.

LONGEVITY

Married men live longer than single men do, but married men are a lot more willing to die.

PROPENSITY TO CHANGE

A woman marries a man expecting he will change, but he doesn’t.
A man marries a woman expecting that she won’t change, and she does.

DISCUSSION TECH NI QUE

A woman has the last word in any argument.
Anything a man says after that is the beginning of a new argument.

HOW TO STOP PEOPLE FROM BUGGING YOU ABOUT GETTING MARRIED

Old aunts used to come up to me at weddings, poking me in the ribs and cackling, telling me,
“You’re next.”
They stopped after I started doing the same thing to them at funerals.

 

“Ha…haaa…haaaa…haaaa”

TIBA DI TANAH SUMATERA

Sumatera Island

Sebentar lagi aku akan menginjakkan kaki pertama kalinya di bumi Sumatera. Suara pesawat yang aku tumpangi semakin bergemuruh dan memekakkan telingaku. Semakin lama telingaku semakin tidak kuat menahan tekanan yang mendadak berubah.  Wal hasil sakit ditelingaku semakin membuatku berteriak dan menggeleng-gelengkan kepala agar rasa sakitnya berkurang. Dari pinggir jendela ku amati pemandangan langit yang sangat indah. Ini juga pertama kalinya aku memandangi pemandangan langit itu karena ini pertama kalinya aku naik pesawat terbang. Lama aku memandangi keajaiban kuasa Tuhan yang ada di depan mataku. Sungguh luar biasa indah gundukan putih yang saling sambung menyambung dan membentuk sebuah pola gambar itu. Ada yang berbentuk binatang,  gunung, juga berbentuk pulau-pulau di dunia.

Gundukan tipis lembut bagai kapas nan putih dan terang karena pancaran sinar matahari itu bergerak-gerak dan seolah berjalan beriringan dengan pesawat yang aku tumpangi. Bahkan seperti sedang berkompetisi lari untuk mencapai garis finish. Ku melihat ke bawah, dari atas nampak ujung-ujung pepohonan yang terbentang luas. “Itukah hutan Sumatera?”, tanyaku dalam hati. Masyaallah, hijau daunnya menyejukkan mata yang memandang. Selain itu terbentang panjang kelokan-kelokan sungai musi beserta anakannya yang  sangat menkajubkan. Inikah sungai yang sering disebut-sebut di dalam buku IPS waktu aku di bangku sekolah dasar itu. Aku tak menyangka sama sekali kalau akan melihat sungai itu, bahkan melintas di atasnya.

Pramugari memberikan informasi bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, dan para penumpang pesawat diminta mengenakan sabuk pengaman. Dengan gagap aku mengecek sabuk pengaman yang masih menempel di pinggang dan mengikatku dengan kursi. Sudah terkunci dengan rapat. Sepanjang perjalanan aku tidak melepaskan ikatan sabuk pengaman, karena takut tidak bisa memasangnya kembali. Untuk memasangnya saja aku butuh bantuan dari teman yang ada di sebelahku.

Dari kejauhan ku dengar suara seorang anak yang berbicara dengan ibunya,

“Ma, mama kita udah sampe Ma”, teriakan anak kecil berambut ikal yang kira-kira kela II SD itu kepada Ibunya sambil menggoyang-goyangkan badan Ibunya.

Para penumpang mulai berdiri dan mengambil barang-barang mereka dari cabin. Aku menengok ke belakang kea rah ayahku yang sedari tadi terlihat memejamkan mata. Entah itu tertidur ataukah menikmati penerbangan sembari mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena memberinya kesempatan menaiki pesawat terbang. Kemudian aku memanggilnya,

Pak, Bapak sampun dugi bandara”.

Ayahku kemudian berdiri dan mengambil tas juga kardus-kardus yang ada di dalam cabin.

Wis teko to, nduk”, ayahku memastikan bertanya kepadaku kalau kita memang benar-benar sudah sampai di Sumatera.

Sampun”.

Kami berempat, aku, Ayahku dan kedua orang temanku, Heni dan Rika beranjak meninggalkan pesawat dan menuju bagian dalam bandara.  Nuansa katrok-ku pun kembali menghinggapi. Ku lihat sana-sini, aku merasa asing melihat benda-benda yang ada di dalam bandara. Beberapa lamanya kami berada di bandara dan menunggu rombongan dari Sekayu yang menjemput. Setengah jam lamanya kami menunggu dan akhirnya rombonganpun datang.  Mereka datang berempat Andri, Dimas, Aziz dan Elitha

“Maaf, lis terlambat. Tadi ada sedikit urusan” Kata seorang temanku yang bernama Andri.

“Gak papa mas, baru aja kok. Oiya, ini ayahku”, aku memperkenalkan ayahku kepada teman-temanku yang telah lebih dahulu menginjakkan kaki di Sumatera. Ada satu orang yang bukan dari Jawa, tempat asalku yaitu Elitha. Dia anak Palembang asli lulusan UNSRI.  Akupun memperkenalkan diri,

“Lilis”

“Eta”, jawab Elitha memperkenalkan nama panggilannya sehari-hari.

“Kita ke Sekayu naik apa?”, aku memulai pembicaraan

“Kita nanti naik travel mbak, sudah dipesenin sama Pak Kae”, jawab Eta.

“Maaf, Kalau Pak Kae itu siapa?”

“Pak Kaelani itu guru Bahasa Jepang, rumahnya sering kita pakai buat kumpul-kumpul bareng, deket sini kok”

“Ooo….”

“Nanti kita mampir ke rumah Pak Kaelani dulu mbak, anaknya dua namanya Mushuko sama Suci, lucu-lucu banget juga nyenengin”.

Begitulah Eta terus bercerita tentang keadaan yang telah mereka alami selama kurang lebih tiga bulan bersama. Akupun menyimaknya dengan seksama sesekali memberikan pertanyaan balik, dan dialog saat itu membuatku ingin cepat-cepat melihat seperti apakah sekolah baruku itu.

Tiga jam lamanya perjalanan dari bandara menuju Sekayu ku jalani. Ku lihat di luar gelap gulita, sekilas nampak pepohonan yang berjajar dipinggir jalan. Aku tanyakan kepada Elitha ternyata itu adalah pohon karet. Aku amati dalam-dalam pepohonan itu dan dalam hati berkata, “Jadi ini to pohon karet, ga kebayang aku dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri”. Sepanjang perjalanan Palembang – Sekayu tak banyak bangunan yang dapat dilihat seperti perjalanan dari Solo menuju Semarang, yang terlihat lebih banyak hutan-hutan karet, hutan-hutan sawit atau rumah-rumah penduduk yang berbentuk panggung. Exciting-ku muncul kembali memandangi rumah tradisional khas Sumatera Selatan itu. Ukurannya sekitar 8 x 10 meter, terdiri dari dua lantai, lantai 2 biasa digunakan sebagai rumah utama atau rumahnya sedangkan lantai satu biasanya tidak digunakan untuk apa-apa. Karena kebanyakan rumah penduduk dekat dengan sungai Musi, pada saat banjir biasanya lantai 1 rumah panggung akan terisi penuh oleh air bah. Dari situlah aku mengerti kenapa para penduduk sekitar membuat rumah dua lantai sedangkan lantai 1 dibiarkan kosong.

“Treeree…t, kita sampai di istana, he he he  …”, Elitha memecahkan keheningan travel yang sedari tadi penumpanngnya sibuk dengan mimpi-mimpinya masing-masing. Dimas, Andri, Rika, Heni, Lydia, Aziz, ayahku juga aku akhirnya terbangun.

“Kita sudah sampai ya?, Aziz bertanya entah kepada siapa.

Keluar dari mobil akupun langsung mengucap, “Subhanallah….,” ku gelengkan kepala, “Ini ya sekolahnya?.”

“Gimana, bagus bukan?, kayak istana”. Eta menambahkan.

Aku masih menikmati ketakjubanku melihat sekolah yang paling megah sepanjang hidupku selama 24 tahun ini. Aku, Heni dan Rika saling berpandangan dan melemparkan senyum kearah berlawanan, kemudian kitapun tertawa kecil bahagia. Rika mendekatiku dan berbisik, “bagus banget.”

“Iya”, dengan mengangguk-anggukkan kepala aku menyetujui pendapat Rika.

“Mbak Lilis, tasnya ini ada yang kurang ga?”, tiba-tiba ada suara yang memecah kekaguman kami bertiga, masih Eta. Akupun mengecek barang bawaanku, tas, kardus dan plastik juga barang bawaan ayahku.

Pak, barange sampun komplit dereng?”

Wis ketoke nduk”, jawab ayahku sambil memegang kembali barang baaan kami.

Kami bersembilan memasuki halaman sekolah yang sepertinya masih dalam tahap  pembangunan karena beberapa area masih ada  yang becek dan terlihat disana-sini ada gundukan pasir.

“Gimana mbak kesannya memasuki sekolah ini”, Eta memulai pembicaraan lagi

“Ga nyangka aja Ta sekolahnya bakalan sebagus ini, aku kira seperti sekolah-sekolah lain yang ada di Jawa. Sekolah yang paling bagus di Jawa aja kayaknya ga ada yang bangunannya semegah ini. Ini tu keren banget”

“Hehehe…iya, ini tu keren banget. Eta juga baru pertama kali melihat sekolah sebagus dan sebesar ini kok mbak. Di Palembang aja juga biasa bangunannya. Nah sekarang kita dah sampai, yang sini kamar cowok yang sebelah sana kamar cewek. Ayah Mbak Lis nanti gabung sama yang cowok aja, masih banyak tempat tidur yang kosong kok”.

Eta menunjukkan letak kamar guru laki-laki dan guru perempuan yang berada di lantai yang sama dengan tetap melangkahkan kakinya, aku dan anggota perempuan yang lainpun mengikuti.

“Iya, makasih Ta”, aku menengok ke arah ayahku “Bapak mlebet kamar mriki”. Aku mendekati Ayahku dan menunjukkan kamar yang akan ditempatinya untuk menginap beberapa hari ke depan.

Iyo, yowis aku mlebu sek yo nduk

Njih

Kami rombongan perempuanpun melanjutkan perjalanan ke kamar cewek yag berjarak sekitar 25 meter dari kamar cowok tadi.

“Nah… sekarang kita sudah sampai” sambil memegang gagang pintu kemudian membukanya.

“Assalamualaikum……………”

Aku dan yang lainpun ikut mengucapkan salam, “Assalamualaikum……………”

“Waalaikumsalam…………….”, seluruh penghuni kamar menjawab dengan kompak.

“Mbak-mbak jangan kaget ya, kita tidurnya sekamar bertujuh disini. Tambah mbak Lilis, mbak Rika dan mbak Heni jadinya nanti bersepuluh. Kita seru kok disini, rame”

Aku campur aduk melihat fenomena ini, sekamar bersepuluh, sekamar berdua aja sering beda pendapat masalah kecil, sekarang bersepuluh terus bagaimana ganti bajunya. Okelah mungkin saja mereka ganti baju di kamar mandi, terus bagaimana dengan hal yang agak privacy, tidur misalnya, atau lagi pengen mengerjakan sesuatu sendiri. Akupun mulai membayangkan hal yang tidak nyaman. Percekcokkanlah, perbedaan pendapat, ataupun yang lainnya.

Beberapa lamanya kami saling memilih tempat tidur sebagai peraduan yang nyaman. Akupun memutuskan tempat tidur di samping Lydia yang tepat berada di bawah AC. Ini juga pertama kalinya aku tidur di kamar ber AC. Aku mengkhawatirkan keaadaanku sendiri, dalam hati berkata “bagaimana ini, kamar ini berAC padahal aku alergi dingin”.  Sejak SMA aku terkena penyakit asma yang akan mudah kambuh kalau terkena udara kotor dan dingin. Aku mulai membangun sugesti bahwa tidak akan terjadi apa-apa. It’s gonna be fine. Aku mendapatkan  persepsi bahwa sugesti adalah obat yang paling utama untuk menyembuhkan penyakit sering kali ku baca di majalah-majalah dan ku dengar dari temen-teman kuliahku dulu yang konon itu adalah nasehat dokter. Ditambah dengan kami bertiga resmi penghuni kamar itu sepuluh orang. Ada dua barisan kamar dalam ruang itu. Karena menghadap ke timur kamar tersebut terbagi dalam dua barisan yaitu barisan timur yang dimulai dari dekat pintu hingga mentok dinding sebanyak 4 bed dan barisan barat yang berada didepan barisan timur sebanyak 6 bed. Kalau diurutkan seperti daftar presensi, bed pertama deket pintu adalah Azi, guru bahasa Inggri asal Cirebon, sebelah selatannya Eta, guru Biologi dari Palembang, sebelahnya lagi Rika, guru kimia dari Solo, Suci guru Bahasa Inggris dari Ogan Komering. Selanjunya adalah barisan sebelah barat, yang persis berada di depan bednya Suci adalah Lydia dari Palembang, selanjutnya aku si bolang Solo, Heni Klaten, Aya Kebumen, Nila Cirebon, Tuti Klaten dan Shinta dari Kartasura.

Matematika, Siapa Takut? Matematika itu Mudah.

Mathematics Learning

Di kalangan anak-anak sekolah matematika di pandang sebagai mata pelajaran yang menyebalkan, menakutkan, membosankan, dan membutuhkan pemikiran tinggi. Bahkah anak-anak tak jarang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang sangat momok dan merasa senang kalau gurunya tidak masuk. Anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan sudah ada sejak lama, bahkan bertahun-tahun lalu. Orang tua sering mencarikan guru les private matematika untuk memberikan belajar tambahan di rumah bagi anak-anaknya dengan biaya yang bisa dibilang tidak murah. Tak jarang orang memberikan julukan kepada anak yang mampu dalam bidang Matematika sebagai orang yang pintar. Padahal anggapan itu tak selamanya benar, banyak orang yang pintar dalam bidang seni dan keterampilan namun tidak begitu mampu dalam bidang Matematika itu juga dapat dikatakan sebagai anak yang pintar. Ambil contoh saja dalam Film Laskar Pelangi, tokoh Lintang dan Mahar adalah dua tokoh yang jenius namun mereka berlainan bidang. Lintang pintar dalam bidang Matematika dan Sains sedangkan Mahar pintar dalam bidang Seni dan Kreativitas. Dua jenis kecerdasan yang berbeda.

Semestinya, pernyataan bahwa Matematika itu mudah dan menyenangkan diperkenalkan dan dibuktikan sejak dulu. Karena Matematika adalah sebuah ilmu atau materi yang tidak berbeda dengan ilmu-ilmu atau materi-materi lain di dunia ini. Sebagai contoh saja adalah ilmu tentang alam sekitar atau tentang sosial masyarakat. Untuk mencapai pengusaan materi pelajaran apapun (bukan hanya matematika), membutuhkan sebuah ketekunan. Anggapan bahwa Matematika hanya dikuasai oleh anak-anak yang berbakat itu tidak sepenuhnya benar, karena bakat tak selalu menentukan tingkat penalaran, kemampuan, dan keterampilan seseorang dalam berhitung.

Keterampilan anak dalam menyelesaikan persoalan atau masalah matematika dapat diibaratkan seperti halnya seorang yang mencoba menaiki sepeda. Seseorang tidak akan pernah bisa naik sepeda jika orang tersebut tidak pernah belajar menaiki sepeda. Seseorang tidak akan bisa menaiki sepeda dengan cepat dan terarah jika orang tersebut hanya memahami tekhnik-tekhnik menaiki sepeda saja tanpa melakukan praktek dan latihan secara tekun dan teratur. Begitu juga dengan Matematika, anak tidak akan terampil menyelesaikan persoalan Matematika bila anak yang bersangkutan jarang berlatih menyelesaikan persoalan Matematika secara mandiri. Semakin sering anak latihan dengan menulis, mencoret, mengali, membagi, menambah, mengurangi maka otak akan semakin lihai dalam memecahkan masalah matematika.

Apa yang seharusnya anak lakukan ketika bertemu dengan soal matematika yang membuat mereka bingung? Bahkan shock?. Apabila berhadapan dengan persoalan matematika dan masih bingung harus melakukan apa, langkah pertama adalah menuliskan apa yang diketahui dari persoalan yang diberikan. Pada saat menuliskan “diketahui…” dalam kertas biasanya sering ditemukan ide dalam pemecahan  persoalan. Ide sering kali muncul ketika tangan bergerak untuk menuliskan apapun yang diinginkan. Pada saat belajar seorang anak bebas menuliskan apa  yang dikehendaki (berhubungan dengan persoalan) tanpa perlu takut membuat kesalahan. Karena dari kesalahan tulis yang dibuat akan memunculkan ide yang lebih kreatif dalam menyelesaiakn persoalan.

Sekarang bagaimana agar Matematika menjadi sesuatu yang tidak menakutkan?. Seperti yang banyak orang ketahui bahwa untuk sebuah pekerjaan yang akan dilakukan syarat utamanya adalah harus mencintai pekerjaan itu. Hal yang sama juga dalam mengerjakan persoalan matematika. Langkah pertama adalah mencintai Matematika itu sendiri. “Cintai matematika agar matematika juga mencintai Anda”, karena apabila kita mencintai suatu hal pasti apapun akan dilakukan untuk hal tersebut. Langkah kedua adalah meluruskan niat. Tak jarang dijumpai anak belajar matematika jika hendak ulangan atau ujian saja. Anak-anak belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus atau lulus KKM. Jika niatnya demikian ketika ulangan atau test sudah selesai maka akan lupa dan otak akan kembali seperti semula tidak terisi oleh ilmu yang sebelumnya dipelajari. Niat yang harus ditanamkan adalah belajar matematika itu untuk menambah pengetahuan sehingga membuat mudah dalam berpikir, daya nalar otak akan terasah dengan baik. Langkah ketiga adalah mengenali, memahami dan mencintai keindahan Matematika. Pada langkah ini seorang yang belajar matematika harus berkenalan dengan matematika agar kita sayang dengan matematika, ibarat pepatah “Tak Kenal maka Tak Sayang”, selanjutnya setelah mengenal matematika dengan baik harus dimahami untuk apa sebenarnya belajar matematika itu. Ketika sudah memahami  matematika maka akan tahu mengapa matematika sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka perlu ditanamkan dalam pikiran bahwa matematika itu sesuatu yang berguna, indah, menarik dan sebagai teka-teki yang menyenangkan untuk dipecahkan. Jika telah mencintainya, Semua rumus yang kelihatannya rumit tiba tiba akan menjadi mudah untuk dipelajari. Begitulah kekuatan cinta, bahkan kotoran kucing pun bisa jadi kue coklat. Langkah keempat adalah berdoa, setiap memulai dan mengakhiri mempelajari matematika tidak boleh terlupa untuk berdoa kepada Tuhan Sang Pencipta Yang Maha Segalanya. Dialah Yang Maha Cerdas maka bersimpuh memohon tambahan kecerdasan dari-Nya sangat dibutuhkan. Selanjutnya serahkan semua yang dipelajari sebagai sebuah bentuk ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti ibadah sholat dan yang lainnya. Apabila seorang pembelajar melakukan keempat langkah diatas secara konsisten maka pandangan yang semula matematika itu membosankan dan memuakkan akan berubah menjadi matematika itu mudah dan tak perlu takut untuk belajar matematika.

Makalah untuk Carier Day

Beberapa saat aku berada di ruang kelas dan menjaga anak-anak yang sedang try out kimia tiba-tiba Pak Muri datang menemuiku. Dalam hati berkata, “Waduh…ada pekerjaan apalagi ini”?.

PM  :  “Mb Lilis, Ibu Bupati bisa mengisi Seminar Carier Day besok.”

Aku : “Oiya? Wah…bagus donk Pak”. Syukur Alhamdulillah ku panjatkan ternyata bukan tambahan pekerjaan hanya

konfirmasi bahwa permohonan kita ke Ibu Bupati disetujui.

PM  :  “Iya, tapi Beliau berpesan agar ada makalahnya besok jadi tolong dipersiapkan”.

Aku : “Apa?”. Rasa was-wasku mulai muncul karena aku menangkap isyarat bahwa aku yang diminta membuatkannya.

PM  : “Jadi tolong dipersiapkan aja ya mbak”

Sambil berpikir lumayan singkat dan kebingungan apa yang harus ku tulis aku menjawab, “Iya Pak, nanti saya buat”.

Beberapa jam dialog ini telah berlalu dan aku pun belum mendapatkan pencerahan tentang makalah ini. Temannya adalah tentang “Bagaimana menjadi abdi pemerintah yang baik”. Oh Tuhan… Ya Allah… tolonglah hamba.

Ok… Semangat-Semangat pasti bisa.

BEASISWA BANK DUNIA

Bank Dunia (World Bank) saat ini menawarkan program beasiswa dan fellowship (biasanya dibuka setiap tahun) bagi negara-negara berkembang yang tergabung dalam kenaggotaan Bank Dunia termasuk Indonesia. Berikut ini beberapa program beasiswa yang ditawarkan:

1.Japan/World Bank Graduate Scholarship Program Application 2009-2010

Pemerintah Jepang bersama Bank Dunia (World Bank) mengundang para profesional dari negara-negara berkembang untuk bergabung dalam program beasiswa bank dunia dengan tajuk “Japan/World Bank Graduate Scholarship Program“.

Program beasiswa ini bertujuan untuk mendukung proses belajar jenjang master pada bidang studi yang berkaitan dengan pengembangan pada universitas-universitas di negara anggota Bank Dunia. Ruang lingkup beasiswa meliputi biaya kuliah, asuransi kesehatan dan kecelakaan, tempat tinggal, dan tiket pesawat kelas ekonomi. Berkas aplikasi pendaftaran paling lambat harus sudah diterima oleh Bank Dunia pada tanggal 31 Maret 2009.
Kunjungi websitenya di http://go.worldbank.org/NV4RFT1BP0

Ujian Nasional

Ujian Nasional 2010 sebentar lagi. Anak-anakpun sudah mulai dag-dig-der menghadapi moment besar yang akan menentukan masa depan mereka. UN kali ini ga berbeda jauh dengan UN tahun 2009, yaitu batas kelulusan masih nilai rata-rata siswa 5,50 dengan nilai 4,00 maksimal 2 mata pelajaran dan satu mata pelajaran min 4,25..

Berat memang namun tetap optimis dengan kemampuan anak-anak yang baik. Persiapan tak henti-hentinya kita lakukan agar didapat hasil yang optimal.

SMANDA KU

Hari ini sabtu 19 Desember 2009…

Seperti biasa sabtu pagi aktivitas sekolah dimulai dengan apel pagi. Setelah selesai pembacaan pengumumanpun dilaksanakan, kali ini oleh Lydia ga seperti biasanya ole Siti Rohayah atau Bu Sri Maryati. Beberapa pengumuman telah dibacakan, selanjutnya tibalah pada pengumuman pemenang SMANDA MATH PRIZE Periode V.

Sebelumnya, SMANDA MATH PRIZE Periode V ini diikuti oleh 5 orang peserta didik. 2 orang dari kelas XII, 2 orang dari kelas XI dan 1 orang dari kelas X. Participant yang cukup untuk membuat kompetisi kali ini lebih kompetitif. Mereka adalah Yudi Isvara, Ulpan Dimas, Andri Saputra, Arasy Al Adnin, dan Kiswoyo.Kelima peserta ini mengerjakan soal SMANDA MATH PRIZE Periode V yang dipublikasikan tanggal 16 November 2009. Jawaban pertanyaan dikumpulkan tanggal 21 November 2009 dan selanjutnya peserta harus mempresentasikan jawaban mereka di depan tim Matematika. Penilaian dilihat dari 2 yaitu, hasil jawaban tertulis dan prsentasi. berikut ini rincian penilaiannya:

NO NAMA SKOR
Lemb. Jwb Presnts. Total
1 Yudi Isvara 57 75 132
2 Arasy A 82 80 162
3 Andri S 48 70 118
4 Kiswoyo 43 68 111
5 Ulpan Dimas 82 100 182

Dan pemenang SMANDA MATH PRIZE Periode V kali ini adala Ulpan Dimas, peserta dari kelas XII IPA 3. Dengan memenangkan kompetisi math prize kali ini maka Ulpan Dimas telah menjuarai SMANDA MATH PRIZE sebanyak 3 kali dan 2 kali dipegang oleh Yudi Isvara.

Sang juarapun maju ke tengah lapangan untuk menerima penghargaan dari Mathematics Team berupa topi SMANDA MATH PRIZE dan piagam penghargaan yang di serahkan oleh Bapak Burtani, S.Pd selaku Plt. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sekayu. Selanjutnya penyerahan penghargaan dilanjutkan sesi berfoto bersama seluruh peserta didik yang pernah berpartisipasi dalam SMANDA MATH PRIZE dari periode I sampai saat ini.

Dalam kesempatan ini disampaikan bahwa SMANDA MATH PRIZE (SMP) Periode V adalah SMP yang terakhir bagi kelas XII. Selanjutnya hanya kelas X dan XI yang berpartisipasi dan untuk kelas XII akan di undang menjadi juri SMP periode selanjutnya.

Selamat kepada pemenang dan terima kasih kepada seluruh partisipan SMANDA MATH PRIZE…

Lunch Time

Lunch Time

Bad Condition, bad Healthy…

Bad Condition, bad Healthy…